Tuesday, October 14, 2008

yang membezakan kita

Kunyanyikan pantaiku
Berbelas lara
Rindu dendam anak-anaknya
Mengharapkan kasih entahkan tiba.


Lagu Anak Pelaut-J.M.Aziz.



Aku rindukan pantai Langkawi, dan ketenangan dalam siulan ombak kecil menyanyikan rindu anak laut. Aku mendengarkan lagunya, dan: gelombang itu datang, seperti ombak yang memeluk erat mata kaki kita, mengajak kita berlepas dari gigir pantai, menuju laut untuk menyelami kedalaman maknanya. Aku mungkin merantau jauh, meninggalkan tanah yang mendewasakan aku tapi kesetiaan pada laut masih sebati. Sebagaimana kasih tok wan pada laut yang menyambung nyawa keluarga, aku juga punya hati yang masih cemburu meramas pasir Pantai Pasir Hitam.

Hari-hari kebelakangan ini adalah hari-hari yang mendukacitakan. Dua hari aku seperti orang patah hati. Kekecewaan atas kegagalan yang mungkin masih menuntut pengertian akan makna tidak berputus asa. Kegagalan yag sedikit itu tidak mampu menggoyahkan cita-cita ini. Aku juga bertambah matang menilai kehidupan, membezakan sahabat yag boleh bersama di waktu susah. Atau sahabat yang hanya patut dihumban ke laut, biar merasa petaka samudera. Sungguh menyakitkan bagi aku ketika melihat seseorang mampu meneriakkan nama Tuhan saat mencekik leher sesamanya, ketika seseorang direjam secara bergotong-royong atas nama agama.

Kenapa harus menyalahkan orang lain ketika dia bersilang pendapat dengan kita. Kenapa harus menghakimi orang lain sementara belum tentu apa yang kita lakukanlah yang terbaik. Kenapa harus memaksa orang lain bernafas dengan impian dan harapan kita jika mereka masih punya waktu dan kesempatan dan hak untuk memilih sendiri. Kenapa harus memaksakan orang lain menjadi seperti kita dengan keperibadian yang bukan mereka senang hanya untuk menyenangkan entah siapa. Kenapa jadi hakim atas orang lain sedangkan belum cukup mengenali. Kebaikan itu bukan mendasar kepada tudung di kepala atau masa di musolla, tapi sejauh mana kita mengerti tuhan di lorong kehidupan.

But I haven't allowed myself to be affected by the ugliness. I do feel the pain. But I don't wallow in it.

No comments:

Post a Comment